Laman

Rabu, 10 November 2010

Riview garden City

PENDAHULUAN
Berbagai perubahan kondisi lingkungan dapat berpengaruh buruk terhadap manusia. Berbagai bentuk perusakan lingkungan, seperti pencemaran udara, pencemaran air, dan menurunnya kualitas lingkungan akibat bencana alam, hal ini tentunya bisa berdampak global pada lingkungan, khususnya bagi kesehatan masyarakat sendiri.
Masalah lingkungan, seperti bencana banjir, bencana kekeringan, tanah longsor, kebakaran hutan, masalah sampah, dan meningkatnya kadar polusi udara merupakan masalah lingkungan yang tergolong bukan sepele. Sebab, tidak terselesaikannya atau berlarut-larutnya masalah lingkungan akan menghancurkan potensi pemenuhan generasi mendatang. Termasuk adanya kemerosotan kualitas lingkungan bisa berdampak buruk bagi kenyamanan lingkungan, khususnya bagi kehidupan manusia.
Hutan kota merupakan pendekatan dan penerapan salah satu atau beberapa fungsi hutan dalam kelompok vegetasi di perkotaan untuk mencapai tujuan proteksi, rekreasi, estetika, dan kegunaan fungsi lainnya bagi kepentingan masyarakat perkotaan. Untuk itu, hutan kota tidak hanya berarti hutan yang berada di kota, tetapi dapat pula berarti bahwa hutan kota dapat tersusun dari komponen hutan, dan kelompok vegetasi lainnya yang berada di kota, seperti taman kota, jalur hijau, serta kebun dan pekarangan.

MASALAH LINGKUNGAN PERKOTAAN

Huntington (1945) dalam Watt (1973)6 mengemukakan bahwa hampir semua kota besar yang runtuh disebabkan oleh kondisi iklim. Jauh dekatnya diengan sistem pengangkutan seperti pelabuhan, sungai dan celah gunung. Duckworth dan Sandberg (1954) dalam Watt, 19737 mencatat hasil penelitian yang sudah lama mengenai suhu udara kota yang lebih panas dari lingkungan sekelilingnya, seolah-olah sebuah ”pulau panas” tadi. Kesan pulau panas terhadap wilayah di tepi kota tergantung kepada besar dan luasnya kota.

Untuk menghindari efek pulau panas maka dalam perencanaan dan penataan kota perlu mempertimbangkan
faktor-faktor penyebab gejala efek pulau panas sebagai berikut :
• Tata ruang kota harus mempertimbangkan semakin meningkatnya radiasi gelombang panjang yang terperangkap ke dalam lorong-lorong bangunan atau geometri
• Tata ruang memperhitungkan arus angin sehingga kota mempunyai sirkulasi udara yang baik dan lancar.
• Pembangunan dan pengembangan hutan kota sehingga dapat menurunkan suhu kota
Masalah perkotaan di Indonesia akibat ketimpangan tingkat penyediaan pelayanan kota, yang tidak seiring dengan pertumbuhan penduduk. Perencanaan kota sebagai bagian dari pemecahan masalah perkotaan perlu dikaitkan dengan pemahaman penduduk, termasuk jumlah pertumbuhannya. Pengambilan model kota dunia Barat merupakan salah satu faktor yang berpengaruh dalam masalah perkotaan berkaitan dengan perencanaan kota di Indonesia dengan penduduknya yang memiliki tingkat kemampuan berbeda.
Artikulasi ruang yang terbangun itu menjadi bermakna hanya apabila dikaitkan dengan manusia. Manusia tinggal dengan berdesakan atau leluasa dalam bekerja, rekreasi, berlalu lalang, berjalan kaki maupun berkendaraan. Dalam pengembangan kota pada umumnya yang menjadi acuan adalah konsep kota taman (garden city) yang pada dekade pertama abad ini sudah diterapkan di Eropa, misalnya kota Welwyn di Inggris. Perubahan dan kesinambungan yang terjadi berlangsung dalam tiga kategori, yaitu secara :
1. Perorangan (individu)
2. Kelompok (sociental)
3. Kelembagaan (institusional)
Ketiga kategori tersebut wajib dicermati secara holistik integratif (sebagai satu kesatuan yang tidak terpisahkan). Konsep kota taman yang dikembangkan oleh Ebenezer Howard, di luar daerah yang dibangun atau pusat-pusat industri agar orang dapat kembali menyatu dengan alam. Konsep fisik ini harus diimbangi dengan perencanaan ekonomi dan sosial dalam hubungannya dengan lingkungan. Kemudian muncul konsep kota putih yang dikembangkan oleh Daniel H. Buruham (1983) sebagai kontras terhadap kota industri yang hitam. Konsep fisik ini bercirikan bangunan klasik yang indah, ruang-ruang terbuka yang banyak dan jalan-jalan yang indah dan lebar untuk pejalan kaki. Kemudian timbul gerakan kota indah di Amerika dengan ciri landmark, monumen-monumen plaza, jalan setapak danjalan protokok yang lebar dengan desain skala besar.
Menurut Herman Haeruman (1995) harapan masa depan untuk memperoleh kualitas lingkungan perkotaan yang lebih baik akan tergantung kepada empat hal, yaitu :
 Ketepatan alokasi ruang untuk setiap kegiatan pembangunan
 Ketersediaan dan kemampuan kelembagaan dan proses pengelolaan lingkungan
 Pengendalian kegiatan pembangunan yang mengarah kepada efisien
 Tingkat peran serta masyarakat dan disiplin bermasyarakat kota.
Masalah lingkungan hidup diperkotaan merupakan masalah yang kompleks. Apabila dituangkan dalam model lengkap akan merupakan model yang besar dengan garis interdependensi yang rumit.


KESIMPULAN
Setiap pembangunan akan menimbulkan perubahan dan setiap perubahan akan selalu ada dampaknya terhadap lingkungan. Bagaimana caranya membangun yang baik dan benar dalam lingkungan yang berubah dengan cepat serta mempertimbangkan keseimbangan ekosistem
kehadiran burung dengan menghadirkan hutan kota. Bentuk dan struktur hutan kota berbeda, antara lain efektivitasnya untuk menanggulangi masalah lingkungan kota, pengembangan penghijauan kota yang mengarah kepada terbentuknya struktur ekologis ditinjau dari fungsi pelestarian lingkungan, fungsi lansekap dan fungsi estetika. Hutan kota merupakan unsur RTH yang secara ekologis melindungi kota dari masalah lingkungan.
Selain untuk melepaskan kejenuhan, hutan kota pun dapat berfungsi untuk menghambat penurunan kualitas lingkungan di wilayah perkotaan, terutama yang diakibatkan oleh berbagai pencemaran yang dapat merusak lingkungan dan mengganggu tatanan kehidupan masyarakat perkotaan. Adapun pemahaman tentang peranan hutan kota tidaklah terlepas dari upaya memahami keunggulan vegetasi (baca; adanya tumbuh-tumbuhan) dalam rekayasa lingkungan, sekaligus mengenali pula sifat-sifat tumbuhan beserta bagian-bagiannya dan bagaimana pengaruhnya terhadap lingkungan

Sumber : Haeruman, Js.H, 1979. Perencanaan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup. Proyek Pengelolaan Lingkungan Hidup, Jakarta : Kantor Menteri Negara PPLH , Steanrs, F.W. and T. Montag, 1974. The Urban Ecosystem. Stroudsburg, Pennsylvania: John Willey and Sons