Laman

Minggu, 05 September 2010

REVIEW ARTIKEL KOTA DEPOK

RIVIEW ARTIKEL “ PERTUMBUHAN KOTA DAN TOL DEPOK “
Terdapat beberapa pandangan yang berkaitan dengan perubahan suatu kawasan dan sekitarnya sebagai bagian dari suatu kawasan perkotaan yang lebih luas, menurut Gallion dalam buku ¡¨The Urban Pattern¡¨ disebutkan bahwa perubahan suatu kawasan dan sebagian kota dipengaruhi letak geografis suatu kota. Hal ini sangat berpengaruh terhadap perubahan akibat pertumbuhan daerah di kota tersebut.
Dalam proses perubahan yang menimbulkan distorsi (mengingat skala perubahan cukup besar) dalam lingkungan termasuk didalamnya perubahan penggunaan lahan secara organik, terdapat beberapa hal yang bisa diamati yaitu :
1. Pertumbuhan terjadi satu demi satu, sedikit demi sedikit atau terus menerus.
2. Pertumbuhan yang terjadi tidak dapat diduga dan tidak dapat diketahui kapan dimulai dan kapan akan berakhir, hal ini tergantung dari kekuatan-kekuatan yang melatar belakanginya.
3. Proses perubahan lahan yang terjadi bukan merupakan proses segmental yang berlangsung tahap demi tahap, tetapi merupakan proses yang komprehensif dan berkesinambungan.
3. Perubahan yang terjadi mempunyai kaitan erat dengan emosional (sistem nilai) yang ada dalam populasi pendukung.
4. Faktor-faktor penyebab perubahan lainya adalah vision (kesan), optimalnya kawasan, penataan yang maksimal pada kawasan dengn fungsi-fungsi yang mendukung, penggunaan struktur yang sesuai pada bangunan serta komposisi tapak pada kawasan. (Cristoper Alexander, A New Theory Of Urban Design, 1987, 14:32-99).

Uraian di atas memiliki keterkaitan dengan pembangunan yang direncanakan oleh kota depok. Kota depok telah merencanakan pembangunan pada sektor perhubungan darat yaitu pembangunan jalan tol. Seperti yang tertulis pada artikel “ Pembangunan Kota dan Tol Depok “ , kota depok memiliki suatu rencana pembangunan dua jalan tol yang melintas di Kota Depok akan dimulai tahun 2007 dan di harapkan pada tahun 2009 jalan tol tersebut sudah dapat dioperasikan. Dua jalan tol yang akan dibangun itu adalah Jalan Tol Pangeran Antasari-Citayam-Bojonggede sepanjang 22 kilometer dan Jalan Tol Cinere-Jagorawi sepanjang 14,5 kilometer.

Menurut saya pembangunan jalan tol di kota depok adalah suatu perencanaan yang sangat bagus, karena perhubungan darat merupakan prasarana pengangkut yang penting untuk memperlancar kegiatan perekonomian. Dengan makin meningkatnya usaha pembangunan maka akan menuntut peningkatan pembangunan jalan untuk memudahkan mobilitas penduduk dan memperlancar lalu lintas barang dari satu daerah ke daerah lain. Jumlah angkutan, ijin trayek, jumlah penumpang yang ada di Kota Depok merupakan investasi yang menunjang pembangunan di Kota Depok dan merupakan salah satu asset di dalam perhitungan PAD Kota Depok.

Banyak keuntungan yang dapat diperoleh dari adanya jalan tol di kota depok. Salah satunya ialah akan berkembangannya tingkat pertumbuhan perekonomian kota depok yaitu melalui adanya bisnis dan pusat kegiatan baru di segala aspek di kota depok. Selain itu pembangunan jalan tol di kota depok juga dapat meringankan kemacetan yang terjadi di ibu kota jakarta, yang mana setiap harinya di jalan tol jakarta tersebut selalu di penuhi oleh padatnya kendaraan yang mengakibatkan kemacetan.

Namun dalam penelusuran yang berkembang hingga pada tahun 2010 ini, program perencanaan pembangunan jalan tol kota depok tersebut tidak berjalan dengan baik sesuai dengan kurun waktu yang ditetapkan sebelumnya yaitu pada tahun 2009, bahwa jalan tol yang di bangun di kota depok sudah dapat beroperasi. Menurut penelusuran saya, fakta yang ada hanyalah pelebaran jalan raya margonda yang menjadi pusat kegiatan kota depok, bukan pembangunan jalan tol di kota depok sesuai yang direncanakan pemerintah kota depok. Padahal seharusnya pembangunan jalan tol di kota depoklah yang lebih didahulukan, dari pada pelebaran jalan raya margonda raya yang sudah selesai pembangunannya pada tahun ini. Karena dari pembangunan jalan tol tersebut dapat menyerap keuntungan yang lebih banyak bagi pembangunan perekonomian di kota depok. Ketidak tepatan janji yang direncanakan oleh pemerintah kota depok tersebut dapat membuat kecewa para investor yang ingin mengembangkan investasi bisnisnya di kota yang memiliki perkembangan kota dengan baik itu, yaitu kota depok.

Harapan dan saran yang ingin disampaikan oleh saya sebagai penduduk kota depok beserta penduduk kota depok lainnya adalah kami ingin memliki kota tempat kita tinggal menjadi kota yang maju dan berkembang. Maka dari itu saya memberi dukungan bagi pemerintah kota depok dalam pembangunan jalan tol yang sudah direncanakan dari tahun 2007 tersebut. Akan tetapi dalam melakukan pembangunan kota depok menuju yang lebih baik itu, pemerintah kota depok haruslah memiliki pemikiran panjang terhadap aspek yang lainnya juga, seperti harus adanya pemanfaatan lahan ruang terbuka dengan baik di kawasan kota depok dan juga harus mejaga kelestarian lingkungannya. Hal tersebut agar kota depok tidak terbangun seperti kota yang padat akan permukiman penduduknya sebagai contohnya kota jakarta.


FERNCIUS LIMBONG
L2D009131

ARTIKEL KOTA DEPOK

Pertumbuhan Kota dan Tol Depok
29-10-2007
Penulis : R Adhi Kusumaputra

Rencana pembangunan dua jalan tol yang melintas di Kota Depok akan dimulai tahun ini. Dua jalan tol yang akan dibangun itu adalah Jalan Tol Pangeran Antasari-Citayam-Bojonggede sepanjang 22 kilometer dan Jalan Tol Cinere-Jagorawi sepanjang 14,5 kilometer.

Pembangunan dua jalan tol di Depok dinilai sebagai pembangunan transformasi ketiga di kota satelit ini. Transformasi pertama adalah pembangunan kawasan perumnas tahun 1976-1980, dan dianggap pembangunan yang berhasil karena merupakan proyek percontohan perumnas. Transformasi kedua adalah pindahnya Kampus Universitas Indonesia ke Depok tahun 1987. Perpindahan Kampus UI ke Depok ini mengubah wajah Kota Depok.

Dan transformasi ketiga adalah rencana pembangunan dua jalan tol. Rencana pembangunan jalan tol tersebut membuat Kota Depok kini makin dilirik investor. Sekarang saja sejumlah pusat perbelanjaan dibangun di Jalan Margonda Raya. Lihatlah, misalnya, ITC Depok (103.270 m2 ) yang dikelola |Grup Sinarmas, Depok Town Square (Detos) seluas 160.000 m2 milik PT Lippo Karawaci, dan Margo City Square (49.000 m2) milik Grup Djarum. Para investor besar ini mengantisipasi perkembangan Kota Depok yang sangat pesat, terutama bila dua jalan tol selesai dibangun, tiga-empat tahun ke depan.

Kota Depok saat ini luasnya 20.029 hektar (200,2 m2), atau kurang sepertiga luas Kota Jakarta yang 650 km2. Jumlah penduduk Kota Depok tahun 2005 tercatat 1,374 juta jiwa dengan kepadatan rata-rata 6.244,14 jiwa/kilometer persegi. Dari luas kota itu, 50 persen kawasan sudah dibangun, sisanya masih lahan tak terpakai.

Jalan Tol Cinere-Jagorawi sepanjang 14 km akan berfungsi secara regional karena menghubungkan wilayah Tangerang, Bogor, Bekasi, dan Jakarta. Jalan tol dengan enam lajur yang total selebar 30 meter ini rencananya akan melalui Jalan Tol Bumi Serpong Damai (BSD) dan Jalan Tol Merak-Jakarta, dan pada akhirnya menembus masuk Kota Tangerang.

Tol Cinere-Jagorawi ini juga menghubungkan wilayah Bogor karena melintas di Jalan Tol Jagorawi serta menghubungkan wilayah Bekasi karena melintas di Jalan Tol Jakarta-Cikampek, dan akhirnya menembus Kota Cikarang.

Kehadiran Jalan Tol Cinere- Jagorawi ini diharapkan dapat mengurangi beban jalan tol dalam kota Jakarta, yang saat ini sudah terlalu padat dan selalu macet. ?Pembebasan lahan direncanakan dimulai tahun 2006 ini juga. Tahun 2007 dijadwalkan pembangunan konstruksi dimulai dan diharapkan tahun 2009 tol ini sudah beroperasi,? kata Pelaksana Tugas Kepala Badan Perencanaan dan Pembangunan Daerah (Bappeda) Kota Depok Herman Hidayat kepada Kompas pekan lalu.

Jalan tol lainnya yang akan dibangun dalam waktu bersamaan adalah Jalan Tol Pangeran Antasari-Citayam-Bojonggede sepanjang 22 km. Jalan tol ini akan menghubungkan Jakarta Selatan (Jalan P Antasari), Kota Depok, dan Kabupaten Bogor sehingga memudahkan akses warga Depok dan Bogor yang akan ke Jakarta dan sebaliknya. Sepanjang 2 km pertama jalan tol ini masuk wilayah Jakarta, setelah itu sepanjang 16 km melewati Kota Depok hingga Citayam, dan sepanjang 4 km masuk wilayah Kabupaten Bogor hingga kawasan Bojonggede.

Pusat bisnis baru

Rencana pembangunan dua jalan tol ini membuat Bappeda Kota Depok mengantisipasi pertumbuhan kota. ?Kami sudah siapkan rencana kawasan bisnis baru di sepanjang koridor Tol Antasari-Citayam dengan membuat lima cluster wilayah pengembangan,? ujar Herman. Pertama cluster Limo dengan konsentrasi untuk hunian, pendidikan, dan rekreasi. Kedua cluster Krukut/Grogol untuk hunian dan komersial. Ketiga cluster Rangkapan Jaya untuk hunian, rekreasi, dan komersial. Keempat cluster Cipayung untuk hunian, pendidikan terpadu, dan fasilitas komersial. Dan, kelima cluster Pondok Jaya untuk pusat perdagangan dan kebutuhan pokok. Lima cluster itu diprediksikan tumbuh sebagai pusat-pusat bisnis baru.

Penyusunan cluster ini untuk mengendalikan pertumbuhan kota di sekitar jalan tol sehingga pembangunan tidak serampangan dan semrawut.

Selama ini pertumbuhan kawasan bisnis Kota Depok terpusat di Jalan Margonda Raya. Lihatlah di sepanjang jalan itu ada bengkel otomotif, toko, restoran, mal, plaza, ruko, dan warnet yang menjamur. Tak heran jika jalan utama kota ini selalu padat, terutama pada jam sibuk.

Pembangunan jalan tol ini diperkirakan akan menjadi faktor pembangkit bagi pertumbuhan kawasan Depok Tengah dan Depok Barat, yang selama ini cenderung agak terpisah dibandingkan wilayah timur Depok. Yang pasti, dua jalan tol ini akan mempersingkat jarak tempuh Depok dan Jakarta, serta Depok dengan Tangerang, Bekasi, dan Bogor.

Menurut Herman, lokasi yang berpotensi dan berpeluang jadi pusat kegiatan usaha adalah Beji dan Pancoran Mas (Jalan Margonda Raya sampai Jatimulya).

Tiga pusat pertumbuhan baru yang diperkirakan cepat berkembang setelah jalan tol dibangun adalah Cinere dan Jalan Limo Raya, serta Sawangan dan kawasan Rangkepan Jaya Baru. Saat ini kompleks perumahan skala besar atau real estat dengan segmen pasar menengah dan menengah atas berlokasi di Sawangan, Limo, dan Beji.

Yang menjadi pertanyaan sekarang, apakah masyarakat Depok mendukung pembangunan dua jalan tol ini? Wali Kota Depok Nur Mahmudi Ismail berharap warganya mendukung pembangunan infrastruktur kota itu karena kehadiran dua jalan tol tersebut akan mempercepat pertumbuhan kota.

Sosialisasi pembebasan lahan tol rencananya dilaksanakan bulan Maret-April ini. Jalan Tol Cinere-Jagorawi, misalnya, akan memakan lahan 135 hektar, berlokasi di sebelah utara jalur pipa gas. Sejumlah permukiman warga akan tergusur, termasuk rumah di Kompleks Pelni dan Taman Duta Depok.

Kepala Subbag Pemerintahan Umum Pemkot Depok Theo S menegaskan, ganti rugi akan diberikan sesuai nilai jual obyek pajak (NJOP) dan langsung kepada warga tanpa perantara. Warga dapat mengambil ganti rugi di bank sehingga terbebas dari pungli oknum aparat.

Bagi Syahruddin (50), Ketua RT 01 RW 07, Kelurahan Bhaktijaya, Kecamatan Sukmajaya, Depok, yang rumahnya dekat jalur pipa gas, yang penting warga tidak dizalimi.

Sosialisasi ganti rugi harus transparan dan tidak merugikan warga. Kalau itu yang terjadi, kami dukung proyek jalan tol ini, katanya.

Proyek dua jalan tol ini salah satu ?pekerjaan rumah? bagi Wali Kota Depok Nur Mahmudi Ismail yang harus diselesaikan.

Setidaknya, ketika konsep Megapolitan Jabodetabekjur (Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, Bekasi, dan Cianjur) berlaku, Depok sudah siap.


FERNCIUS LIMBONG
L2D009131

Sumber : http://www.mail-archive.com/wismamas@yahoogroups.com/msg01864.html